Hari ini, Selasa 4 Nopember 2013, santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra Yogyakarta mengadakan tadabbur alam. Agenda rutin tiap tahun ini
dilaksanakan pada senin - selasa 4 - 5 november 2013, yang tepat berkenaan
dengan jatuhnya satu muharram. Seperti tahun-tahun sebelumnya tujuan tadabbur alam kali ini adalah pantai Parangtristis.
Para peserta adalah para santri dari kelas 1 - 5 kmi. Harusnya kelas 6 ikut juga, namun mereka punya acara ke cangkringan.
Sebelum dimulai perjalanan, ustadz H. Rohadi Agus Salim, S.Pd, selaku Direktur
Ponpes Ibnul Qooyim Putra yang juga mabigus ppiq putra mengingatkan agar selalu berhati-hati dijalan dan
memenuhi hati dengan kalimah dzikir. Menganggap perjalanan ini dalam bentuk upaya latihan untuk melatih mental
dan kekuatan santri. Dalam sedikit cerita, beliau mengingatkan bahwa dahulu
jaman rasulullah belum ada kendaraan bermotor, transportasi hanya dapat
mengandalkan hewan tunggangan atau bermodal kaki saja. Padahal jarak-jarak yang
ditempuh tak pendek, mekkah-madinah misalnya memerlukan waktu 3 hari untuk
dapat mencapainya.
--- 0o0 --
Ada 15 kelompok dalam
perjalanan ini, pembagian dilakukan berdasarkan regu dalam pramuka kemudian
ditambah para sangga dan pengurus yang dimasukkan secara merata untuk menjadi
pembimbing dan pengawas. Setelah itu apel dan pengecekan persiapan dilakukan.
Dengan bismillah
dalam hati masing-masing, perjalanan akhirnya dimulai. Para santri
diberangkatkan dari pondok kurang lebih pukul 17.41. Menapaki setapak demi
setapak, langkah demi langkah barisan pemuda-pemuda mujahidin membentang memenuhi
jalan. Dibawah komando ust. Ridwan sang pemegang garda depan, para santri
berjalan teratur menuju pos 1.
Hingga tak terasa
adzan berkumandang, langit telah menggelap dan matahari telah kembali pada
peraduannya. Namun target malam itu memanglah bukan tuk secepatnya mencari
masjid dan sholat magrib. Ada satu tempat dimana nanti para santri bisa
mengistirahkan diri sejenak dan menyantap bekal yang dibawa.
Jam telah menunjukkan
pukul 19.17 sebelum akhirnya pos 1 terlampaui. Seperti rencana semula, disanalah
tempat makan. Dalam remang remang lampu jalan para santri makan bersama.
Setelah semua usai,
tinggalah mencari masjid al Huda yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Di
masjid itulah para santri mendirikan sholat magrib dan isya.
--- 0o0 ---
Perjalanan
dilanjutkan, kali ini tiada ust. Ridwan didepan. Alhasil mereka yang maju
duluan beringinan untuk menjadi lebih dulu dan lebih jauh dari yang lain.
Disini jarak makin kian merenggang. Jarak antar gerombolan satu dan lain dapat
mencapai 0,5 km bahkan lebih.
Jalan-jalan yang
dilalui pun mulai tak lagi terang benderang seperti sebelumnya. Tiada cahaya
bulan ataupun matahari. Jadi, di daerah yang tak diberi penerangan, tak ada
yang bisa diharapkan selain lampu-lampu kendaraan yang makin jarang berlalu
lalang atau mengandalkan sebuah senter, jika membawanya. Atau jika tidak,
siap-siap saja berjalan didalam kegelapan.
Dengan
kelompok-kelompok yang sudah terpisah. Kekompakan antar anggota menjadi satu
syarat untuk dapat melewati halangan yang ada. Saling menunggu apabila ada yang
sudah kelelahan, saling peka apabila ada sesuatu yang terjadi pada salah
satunya.
Rute yang ditempuh
pun tak hanya jalan-jalan raya utama. Tapi juga masuk keluar desa yang jelas
tak seramai jalan biasa.
Yang perlu diberikan penghargaan
adalah mereka para santri kelas 1 yang tak menunjukkan kelelahan berarti.
Bahkan banyak diantara mereka yang konstan melaju di garis depan bersama kakak-kakak kelasnya.
Walaupun begitu,
asatidz selalu ada untuk memberi pengarahan jalan dan turun sebagai tim
penolong. Yang tugasnya adalah membawa santri yang sudah tak kuat dan
tertinggal untuk diangkut ke depan. Dengan motor, mereka sibuk wara-wiri untuk
memberikan langkah sigap jika ada sesuatu yang terjadi.
Pukul 12 malam, di
pos terakhir masjid pdhi. Para santri yang sudah hampir menyelesaikan
perjalanan malam itu mulai terlihat. Yang pertama sampai kesana adalah yunus,
seorang santri kelas 3 kmi yang tak bisa diremehkan staminanya dalam berlari.
Setelah itu, santri
lain mulai berdatangan. Kaki yang sudah tak bersahabat menjadikan mereka segera
membersihkan tubuh dan mengambil posisis tidur untuk beristirahat. Memulihkan
tenaga, menanti hari esok tuk menikmati laut dan segala didalamnya.
--- 0o0 ---
Tak terasa, malam itu
begitu singkat untuk diresapi. Hingga adzan shubuh berkumandang, masih banyak
santri yang terlelap dalam tidurnya. Kalau bukan ustadz yang ambil bagian,
mungkin mata-mata yang terpejamam itu tak akan mudah terbuka.
5 menit berselang
mereka yang sudah terbangun segera beranjak tuk berwudlu dan melaksanakan
sholat shubuh berjamaah. Usai itu, tiada agenda pasti. Mereka yang mau
melanjutkan istirahat dipersilakan, begitu pun dengan urusan mck. Sekedar
mengobrol atau memakan sesuatu makanan yang dibawa.
Barulah pada pukul 5,
dibawah komando ust ridwan para santri diminta untuk menge-pack barang bawaan,
berkumpul dan berbaris untuk melakukan pengecekan anggota dan pemanasan
sebentar.
Pukul 5.15
berangkatlah lagi barisan mujahidin itu. Berjalan menuju pantai parangtritis
tuk menyeleaikan misi pertama. Karena kaki tak lagi dalam kondisi fit, maka
barisan itu bergerak tak secepat saat berangkat.
1 jam dalam gerakkan
lambat, pasir pantai mulai terlihat.
Deru ombak mulai dapat terdengar.
Menandakan pantai itu tak akan jauh lagi. Pukul 6.30 barulah kaki itu menginjak
pasir pantai. Didepan sana nampak lautan tak berbatas, dengan ombak yang
mengaung-ngaung.
Setelah menemukan
tempat yang tepat, asatidz menyuruh untuk berbaris kemudian beristirahat
sejenak. Dan lupa mempersilahkan memakan roti yang dijadikan "barang
keselamatan" pada apel pertama.
Memandangi lautan
yang penuh aneka ragam panorama menjadikan waktu yang diberikan hanya terasa
sedikit sekali. Para asatidz juga telah usai mebagi tugas untuk memberi
berbagai "permainan" yang seru. Setiap kelas sudah dibagi para
"algojonya".
Dan
"permainan" dimulai. Berbeda "algojo"nya berbeda pula jenis
"permainan"nya. Ada yang berlari kecil, adu panco, adu sumo, ataupun
bentuk permainan fisik yang menguras tenaga. Seperti, merayap dan bergulingan
dipasir, melompat pada punggung teman sampai push up berjamaah. Itulah ciri
khas ppiq putra. Walau berbagai macam permainan tadi agak keras namun para
santri amat sangat menikmatinya. Tawa dan bahagia
menyatu dalam keseruan. Menghapus segala keluh kesah dan menghilangkan rasa
sakit yang dirasa sebelumnya. Saat itu, semua santri benar-benar masuk dalam
semangat yang menggelora, dan perasaan keyakinan untuk dapat melakukan apapun
tanpa sedikitpun keraguan.
--- 0o0 ---
Pukul 7.45 berakhirlah
"permainan" itu. Kini saatnya untuk bersenang-senang. Asatidz
membebaskan para santri untuk bermain-main dengan air. Tak mau melewatkan
kesempatan itu, mereka segera terjun dalam derasnya ombak dan menikmati suasana
lautan yang tak bisa ditemui disembarang tempat.
Acara di pantai ini
berakhir pukul 9.30, setelah itu asatidz menyarankan untuk beristirhat sembari
menunggu makan pagi dan jemputan datang. Mereka pulang dari parangtristis tepat
di tengah hari, pukul 12 dengan menaiki 4 buah truk.
0 comments :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !