بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Sleman
(9/1) Kelas akhir atau XII KMI melaksanakan kegiatan Amaliyatu Tadris.
Kegiatan yang menjadi syarat kelulusan ini telah dirasakan oleh santriwati.
Persiapan-persiapan yang dihadapi sangat banyak dan singkat. Bagi santriwati
pemula hanya diberikan waktu 2 hari untuk mempersiapkan bekal yang akan
disampaikan. Selain memahami mata pelajaran yang akan diajarkan ia juga harus
mempersiapkan diri untuk menjadi contoh bagi teman-temannya yang lain.
|
Santriwati kelas XII yang menjadi contoh untuk mengajar |
Tak
hanya sebagai alat kelulusan, Amaliyatu Tadris ini mempunyai manfaat yaitu
dapat belajar merasakan menjadi seorang pengajar atau guru. Selain itu,
kesabaran juga harus diterapkan pada proses ini. “Seneng, asyik! Tapi ada gak
enaknya saat ngajar. Pasalnya mereka yang diajar sulit memahami bahasa yang
digunakan oleh Pengajar. Adapula yang tidur!” Ujar salah satu santriwati yang
mengikuti Amaliyatu Tadris.
Kelas
yang digunakan untuk mengajar adalah kelas VII,VIII,IX, dan tahasus. Pembagian
kelompok masing-masing terdiri dari 5
orang. Ada kelemahan-kelemahan yang diperoleh pada proses Amaliyatu Tadris
yaitu kurangnya Pengajar dalam memahami metode-metode mengajar. Contohnya Pengajar
tidak dapat membagi materi dalam satu judul. Para Pembimbing pun juga mengakui
akan hal ini.” Kebanyakan dari kelas 6 hanya sekedar menghafal, tanpa memahami.
Jadi terlihat tegang dimata santriwati yang diajar.” Ujar Ustadz Iman selaku
pembimbing Amaliyatu Tadris. Dilaksanakannya Amaliyatu Tadris ini sangat
penting. Bahwasanya, agar dapat melahirkan alumni Ibnul Qoyyim yang
berpendidikan. (Rahma) -ed:Silmi
|
Pengajar saat melihat jawaban |
|
Siswi kelas XII saat mengajar kaligrafi |
|
Pengajar saat memberikan contoh tulisan kaligrafi |
|
Para Ustadz yang sedang menilai santri kelas XII |
|
Santriwati saat sedang memperhatikan pelajaran |
|
Murid saat bertanya kepada pengajar |
0 comments :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !